Sabtu, 09 Mei 2015

Permintaan sepi, ekspor gaharu loyo

Kehutanan

Permintaan sepi, ekspor gaharu loyo


Telah dibaca sebanyak 1485 kali
Permintaan sepi, ekspor gaharu loyo
JAKARTA. Ekspor gaharu lesu. Biasanya, setiap tahun Indonesia mampu mengekspor gaharu sebanyak 600 ton. Sampai Agustus 2013 tahun ini, volume ekspor gaharu baru 100 ton. Padahal, pengusaha membidik target ekspor gaharu bisa mencapai 1.000 ton karena ekspor ke China tidak lagi melalui perantara.

Ada beberapa alasan penyebab lesunya ekspor gaharu. Salah satunya adalah permintaan gaharu yang menurun. Selama ini negara tujuan ekspor gaharu paling besar adalah China dan negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Saat ini, di kawasan Timur Tengah kondisi keamanan sedang tidak kondusif. Sementara, kondisi perekonomian di China sedang tidak baik. 
"Maka lengkap sudah tekanan yang harus ditanggung eksportir gaharu," kata Mashur, Ketua Umum Asosiasi Gaharu Indonesia (Asgarin) kepada KONTAN, Selasa (10/9).

Faktor lainnya adalah eksportir kesulitan untuk mencari kayu gaharu dengan kualitas yang bermutu tinggi. Meski permintaan sedikit, produksi gaharu yang berkualitas tidak terlalu banyak. "Jika diasumsikan 100%, kayu gaharu berkualitas tinggi hanya sekitar 3%-5% saja," terang Mashur.

Selama ini, daerah penghasil gaharu terbanyak antara lain di Kalimantan Timur, Papua, dan Sumatera. Gaharu Indonesia diekspor dalam bentuk serpihan (chips), block, serbuk (powder) dan minyak.

Jenis yang berkualitas bisa dihargai mulai Rp 1 juta hingga puluhan juta tergantung bobot, ukuran dan mutu.

Selain wujud padat, gaharu juga diekspor dalam wujud minyak hasil suling. Minyak gagaru memiliki harga jual yang sangat mahal yakni Rp 1 juta hingga Rp 5 juta per 1 tola atau setara 12 gram.

Supaya bisa bertahan, kini eksportir tengah mencari pasar baru yakni Eropa. Mashur menjelaskan, Eropa banyak mengimpor gaharu dari negara-negara di Timur Tengah. Ironisnya, negara-negara di kawasan tersebut mendapatkan menggunakan bahan baku gaharu asal Indonesia untuk diekspor ke Eropa.

Mashur menjelaskan, produsen gaharu di negara-negara Timur Tengah mencampur bahan gaharu dari berbagai negara sehingga menjadi aroma baru. Setelah melalui proses pencampuran ini, baru diekspor ke Eropa.

"Selama ini ekspor kita ke Eropa masih lewat timur tengah dulu, Kami sedang upayakan bisa ekspor langsung ke sana," katanya. Dua tahun lalu, ekspor gaharu menyumbang devisa negara mencapai US$ 85,98 juta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar