Senin, 04 Mei 2015



Analisa Bisnis


Gaharu sebagai komoditas hasil hutan bukan kayu (HHBK) pada saat ini keberadaannya semakin langka dan sangat dicari. Perburuan gaharu yang intensif karena permintaan pasar yang sangat besar menyebabkan gaharu alam dari hutan belantara Indonesia tidak mudah ditemukan.  Sehingga pemerintah menurunkan kuota perdagangan gaharu alam untuk mengerem laju kepunahannya.  Demikian juga secara internasional terdapat kesepakatan untuk memasukkan beberapa spesies tanaman penghasil gaharu menjadi tanaman yang dilindungi.
Sebelumnya, ekspor gaharu Indonesia tercatat lebih dari 100 ton pada tahun 1985. Pada periode 1990  1998, tercatat volume eksspor gaharu mencapai 165 ton dengan nilai US $ 2.000.000. Pada periode 1999  2000 volume ekspor meningkat menjadi 456 ton dengan nilai US $ 2.200.000. Sejak akhir tahun 2000 sampai akhir tahun 2002, volume ekspor menurun menjadi sekitar 30 ton dengan nilai US $ 600.000. Penurunan tersebut disebabkan semakin sulitnya gaharu didapatkan. Selain itu, pohon yang bisa didapatkan di hutan alam pun semakin sedikit yang diakibatkan penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali serta tidak adanya upaya pelestarian setelah pohon tersebut ditebang.
Tegakan gaharu alam ditemukan di hutan seperti di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Para pemburu gaharu pada dasarnya mengetahui karakteristik tegakan gaharu yang menghasilkan gubal gaharu.  Akan tetapi masa kajayaan gaharu telah menyebabkan banyak orang yang tidak berkompeten juga memburu gaharu sehingga banyak pohon yang tidak menghasilkan gaharu juga ditebang sehingga keberadaannya semakin berkurang secara drastis.
Salah satu alternatif yang kemudian dikembangkan oleh banyak pihak adalah dengan membudidayakan tanaman gaharu. Seperti halnya yang telah dikembangkan secara besar-besaran di Vietnam demikian pula di Malaysia.  Pengembangan tanaman gaharu di Indonesia belumlah populer karena belum diketahui secara pasti nilai ekonomisnya.  Namun dengan gencarnya penelitian oleh berbagai pihak sehingga ditemukan metoda atau teknologi yang cukup menjanjikan dapat membantu tanaman memproduksi gubal gaharu.
Jenis-jenis tanaman yang dapat dikembangkan adalah jenis tanaman yang selama ini dikenal sebagai penghasil gaharu seperti Aquilaria. malaccensis, A. microcarpa, A. beccariana, A. hirta, A. filaria, A. crassna, A. agallocha, A. baillonii, A. khasiana, A. grandiflora, A. borneensis, A. sinensis, Gonystylus bancanus, Gyrinops verstegi.

Pedagang Gaharu Dunia


ANALISA BISNIS BUDIDAYA GAHARU
Analisa biaya dan keuntungan dari budidaya pohon penghasil gaharu, pada luasan tanah 2.000 m2 (140 ubin), jangka waktu 7  10 tahun. Denagn jarak tanam 3 X 3 luas tanah 2.000 m2 (asumsi 50 m X 40m) cukup ideal ditanami gaharu sebanyak 180 batang. Berikut ini adalah perincian biaya dan keuntungan dari budidaya pohon penghasil gaharu:
1. BIAYA
Biaya sendiri kita bedakan menjadi 3 yaitu: biaya tahap 1 (pengadaan bibit,penanaman dan perawatan di tahun pertama), biaya tahap 2 (perawatan tanaman pada tahun ke-2 sampai tahun ke-7), dan biaya tahap 3 (inokulasi dan perawatan pasca inokulasi tahun ke-3 sampai tahun ke-5).
A. BIAYA TAHAP 1:
- Pembelian Bibit 180btng @ Rp.15.000         = Rp. 2.700.000
- Pupuk Kandang 500kg @ Rp.250                = Rp.    125.000
- Tenaga Penanaman 2 orang                        = Rp.    100.000
- Tenaga Perawatan tahun pertama                = Rp. 600.000
JUMLAH = Rp. 3.525.000,-

B. BIAYA TAHAP 2:
- Pupuk Kandang                                 = Rp    750.000,-
- Pupuk Oganik (LB10) @Rp10.000,-     = Rp.   300.000,-
- Pestisida                                           = Rp.   900.000,- (jika diperlukan)
- Tenaga Perawatan                              = Rp. 600.000,-
JUMLAH = Rp. 2.550.000

C. BIAYA TAHAP 3:
- Tenaga Perawatan                          = Rp.   1.000.000,-
- Tenaga Panen                               = Rp. 5.000.000,-
JUMLAH = Rp. 6.000.000

D. INOKULASI
-Fusarium  untuk inokulasi Rp 1.000.000,- s/d Rp 2.500.000,-
JUMLAH A+B+C = RP. 12.075.000,-
Asumsi biaya tersebut adalah biaya maksimal, biaya tersebut diatas masih bisa kita tekan apabila penanaman dan perawatan kita lakukan sendiri

2. PENERIMAAN
Dengan asumsi bahwa tingkat keberhasilan inokulasi adalah 75% saja, dari 180 batang tanaman cuma menghasilkan 135 batang pohon saja yang bisa dipanen. Satu batang pohon gaharu dengan masa inokulasi 3 tahun menghasilkan rata-rata 2 kg gubal, 10 kg kemedangan, dan 20 kg abu. Sehingga total yang dihasilkan dari 135 batang adalah 270 kg gubal, 1.350 kg kemedangan, dan 2.700 kg abu.

A. GUBAL 270 KG @ RP.4.000.000,-                     = RP.1.080.000.000,-
B. KEMEDANGAN 1.350 KG @ RP.1.000.000         = RP.1.350.000.000,-
C. ABU 2.700 KG @ RP.200.000                            = RP.   540.000.000,-
JUMLAH = RP.2.970.000.000,-
Jumlah penerimaan diatas kami ambil dari data harga jual gaharu yang paling rendah

3. KEUNTUNGAN
PENERIMAAN  BIAYA = RP.2.970.000.000,-  RP. 12.075.000,- = RP.2.957.925.000,- 

Rata-rata perpohon gaharu umur 6 tahun dengn masa inokulasi 3 tahun (tahun ke-9 sampai tahun ke-10), menghasilkan 25 juta rupiah lebih.

Jadi, dari investasi sebanyak 21 jutaan, berpotensi menghasilkan 3 milyar rupiah dalam kurun waktu 7  10  tahun. Seiring waktu, harga jual tanah juga meningkat.


Hasil panen kayu Gaharu
Jika kita tau caranya maka tidak ada ruginya berinvestasi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar