SENIN, 14 MARET 2011 | 14:55 WIB
Indonesia Bidik Target Ekspor Gaharu 1.000 Ton
TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO Interaktif, Jakarta - Indonesia akan meningkatkan ekspor komoditas kayu gaharu mencapai 1.000 ton per tahun. Apalagi nilai jual gaharu saat ini sedang tinggi, yang bisa mencapai Rp 150 juta per kilogram. Saat ini ekspor gaharu dari Tanah Air baru 600 ton per tahun.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Gaharu Indonesia (Asgarin) Mashur MA, Indonesia baru mendapat kuota 673 ton untuk ekspor gaharu, yang banyak ditujukan ke negara-negara Timur Tengah, ditambah India, Jepang, Singapura, Hong Kong, Amerika Serikat, dan Eropa.
Perolehan devisa dari ekspor gaharu tahun lalu tercatat US$ 85,98 juta. Gaharu merupakan jenis flora berupa kayu beraroma wangi dari jenis pohon tropis Aquilaria spp., yang terinfeksi fungi. Gaharu biasanya digunakan untuk dupa, obat tradisional, parfum, dan aromatik kosmetik.
Indonesia mengekspor produk gaharu berupa serpihan (chips), balok kayu (block), abuk (powder), dan minyak (oil). Komoditas gaharu Indonesia banyak berasal dari Kalimantan Timur, Papua, dan Sumatera. Kebutuhan dunia untuk gaharu sebesar 4.000 ton per tahun.
Tingginya harga jual gaharu membuat Indonesia perlu mengembangkan teknologi pengembangan produksi gaharu. Saat ini Indonesia sedang menjajaki budi daya pohon gaharu yang dikerjakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan.
"Sekarang hampir 98 persen produk gaharu dihasilkan dari alam. Ke depannya, gaharu ini bisa dihasilkan dari budi daya," kata Mashur usai acara peluncuran ekspor perdana komoditas gaharu Indonesia ke Cina, di kantor Kementerian Kehutanan, Jakarta, Senin (14/3).
Satu pohon dari hasil alam memproduksi gaharu 600 kilogram. Dengan budi daya, produksi gaharu diharapkan meningkat dua kali lipat. "Investasi budi daya gaharu miliaran rupiah dengan teknologi inokulasi. Untuk satu kali suntik dananya Rp 4 juta," kata Mashur. Dengan budidaya, dalam 2-3 tahun gaharu sudah bisa dipanen.
Sementara itu, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan mulai hari ini, Indonesia mengirimkan ekspor gaharu ke Cina tanpa melalui negara perantara. Karena itu, dia yakin perolehan devisa negara bisa meningkat.
"Kebutuhan Cina akan gaharu 500 ton per tahun, tapi kita baru bisa penuhi 200-300 ton," kata Zulkifli Selama ini ekspor Gaharu ke Cina tidak langsung tapi melalui perantara negara lain atau transit terlebih dahulu, umumnya ke Taiwan.
ROSALINA
Menurut Ketua Umum Asosiasi Gaharu Indonesia (Asgarin) Mashur MA, Indonesia baru mendapat kuota 673 ton untuk ekspor gaharu, yang banyak ditujukan ke negara-negara Timur Tengah, ditambah India, Jepang, Singapura, Hong Kong, Amerika Serikat, dan Eropa.
Perolehan devisa dari ekspor gaharu tahun lalu tercatat US$ 85,98 juta. Gaharu merupakan jenis flora berupa kayu beraroma wangi dari jenis pohon tropis Aquilaria spp., yang terinfeksi fungi. Gaharu biasanya digunakan untuk dupa, obat tradisional, parfum, dan aromatik kosmetik.
Indonesia mengekspor produk gaharu berupa serpihan (chips), balok kayu (block), abuk (powder), dan minyak (oil). Komoditas gaharu Indonesia banyak berasal dari Kalimantan Timur, Papua, dan Sumatera. Kebutuhan dunia untuk gaharu sebesar 4.000 ton per tahun.
Tingginya harga jual gaharu membuat Indonesia perlu mengembangkan teknologi pengembangan produksi gaharu. Saat ini Indonesia sedang menjajaki budi daya pohon gaharu yang dikerjakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan.
"Sekarang hampir 98 persen produk gaharu dihasilkan dari alam. Ke depannya, gaharu ini bisa dihasilkan dari budi daya," kata Mashur usai acara peluncuran ekspor perdana komoditas gaharu Indonesia ke Cina, di kantor Kementerian Kehutanan, Jakarta, Senin (14/3).
Satu pohon dari hasil alam memproduksi gaharu 600 kilogram. Dengan budi daya, produksi gaharu diharapkan meningkat dua kali lipat. "Investasi budi daya gaharu miliaran rupiah dengan teknologi inokulasi. Untuk satu kali suntik dananya Rp 4 juta," kata Mashur. Dengan budidaya, dalam 2-3 tahun gaharu sudah bisa dipanen.
Sementara itu, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan mulai hari ini, Indonesia mengirimkan ekspor gaharu ke Cina tanpa melalui negara perantara. Karena itu, dia yakin perolehan devisa negara bisa meningkat.
"Kebutuhan Cina akan gaharu 500 ton per tahun, tapi kita baru bisa penuhi 200-300 ton," kata Zulkifli Selama ini ekspor Gaharu ke Cina tidak langsung tapi melalui perantara negara lain atau transit terlebih dahulu, umumnya ke Taiwan.
ROSALINA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar