Departemen Kehutanan Kembangkan Teknologi Penghasil
”Gaharu Kualitas Super”
Gaharu adalah produk Hasil Hutan Bukan Kayu dalam bentuk gumpalan, serpihan atau bubuk yang memiliki aroma keharuman khas bersumber dari kandungan bahan kimia berupa resin (α-β oleoresin). Gaharu terb
entuk dalam jaringan kayu, akibat pohon terinfeksi penyakit cendawan (fungi) yang masuk melalui luka batang (patah cabang).Gaharu pertama dikenal dalam bentuk gubal, ditemukan di Assam, India dari pohon jenis Aquilaria agaloccha Rottb pada abad ke-7.
Di Indonesia dikenal mulai abad ke-12 diperdagangkan barter antara masyarakat Kalbar dan Sumsel dengan pedagang Kwang Tung, China. Gaharu dalam bentuk gubal semula dipungut dari pohon penghasilnya di dalam hutan dengan cara menebang pohon hidup dan mencacahnya untuk mendapatkan bagian yang bergaharu.
Komoditas gaharu telah cukup lama dikenal masyarakat umum. Beberapa jenis tanaman gaharu yang dikenal antara lain Aquilaria MALACCENSIS, Aquilaria FILARIA, Aquilaria HIRTA, Aquilaria AGALLOCCHA, Aquilaria MACROPHYLUM dan beberapa puluh jenis lainnya lagi pohon yang menghasilkan kayu gaharu tersebut. Dari puluhan jenis tanaman yang berpotensi tersebut, Aquilaria malaccensis adalah tanaman penghasil gaharu berkualitas terbaik dengan nilai jual yang tinggi, jenis ini termasuk dalam family Thymelleaceae, tumbuh di dataran rendah hingga pegunungan, 0-750 m dpl, suhu rata-rata 32°C dengan kelembaban rata-rata 70%, curah hujan sekitar 2000.
Tanaman ini cukup banyak potensi dan penyebarannya di bumi Nusantara ini. Tanaman ini sering disebut Mengkaras/ Kepang, karas, galih, garu, oud dsb. diameter pohon gaharu dapat mencapai 40 – 80 cm. Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu daerah sebaran pohon atau jenis-jenis penghasil gaharu terutama Aquilaria malaccensisyang dikenal merupakan penghasil gaharu bermutu tinggi, disamping jenis-jenis lain seperti A. microcarpa, Gonystilus dll.
Di Bogor, Jawa Barat, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kehutanan pada Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan mengembangkan rekayasa produksi gaharu buatan.
Risetnya dimulai sejak tahun 2000. Riset itu menunjukkan keberhasilan dalam waktu satu sampai dua tahun terakhir ini.
Gaharu itu sendiri sebagai hasil persenyawaan enzim jamur tertentu yang menginfeksi kayu jenis tertentu pula. Persenyawaan itu menghasilkan damar wangi yang kemudian dikenal sebagai gaharu.
Kayu yang mengandung damar wangi atau gaharu kategori paling bagus atau kelas super mencapai harga Rp 50 juta per kilogram. Melalui metode penyulingan, gaharu umumnya dimanfaatkan sebagai pewangi.
Kepala Bidang Puslitbang Hutan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan Sulityo A Siran mengatakan, gaharu mulai diendus pula untuk obat herbal berbagai jenis penyakit berat, seperti tumor, kanker, lever, tuberkulosis, dan ginjal.
Teknik Budidaya Gaharu
Beberapa jenis tumbuhan berpotensi untuk memproduksi gaharu sudah dieksplorasi. Jenis tumbuhan itu meliputi Aquilaria spp, Aetoxylon sympetallum, Gyrinops, dan Gonsystylus.
Berbagai jenis tumbuhan itu tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua. Tetapi, keberadaannya sekarang mulai langka.
Masyarakat juga sulit mengenali jenis tumbuhan tersebut. Salah satu jenis Aquilaria di Kalimantan dikenal dengan nama lokal karas. Keberadaannya mulai jarang dijumpai pula.
Teknik budi daya gaharu dengan cara penginfeksian jamur pembentuk gaharu ke dalam batang pohon potensial. Isolat jamur penginfeksi atau pembentuk gaharu sudah dieksplorasi Balitbang Kehutanan dengan hasil diperoleh dari genus Fusarium dan Cylindrocarpon.
Saat ini diperoleh dari genus Fusarium sebanyak 23 isolat jamur. Empat isolat jamur Fusarium paling cepat menginfeksi kayu berpotensi menjadi gaharu.
”Dalam satu bulan kayu yang diinfeksi dengan keempat isolat jamur tersebut sudah mampu menunjukkan tanda-tanda keberhasilannya,” kata Sulistyo.
Kemudian gaharu buatan itu bisa dipetik pada usia satu hingga dua tahun. Pohon potensial yang dipilih untuk membentuk gaharu, yang sudah berdiameter lebih dari 10cm s/d 15 cm dan usianya di atas 3-5 tahun.
Untuk menyuntikkan isolat jamur penginfeksi, sebelumnya pohon potensial dilukai. Pada bagian pelukaan tersebut, isolat jamur disuntikkan. ”Dalam satu pohon disuntikkan isolat jamur pada 200 sampai 300 titik pelukaan batang,” kata Sulistyo. Dalam pelukaan kemudian terjadi infeksi jamur yang membentuk warna kehitam-hitaman.
Selama tiga tahun, semburat warna kehitaman itu akan menyebar ke atas dalam jarak hanya 3-4 sentimeter saja. Semburat warna kehitam-hitaman pada serat kayu itulah yang disebut gaharu.
Selama ini gaharu alam yang paling bagus disebut gaharu super yang berwarna hitam pekat, padat, keras, mengilap, dan beraroma kuat khas gaharu. Gaharu super tidak menampakkan serat kayunya. Bentuknya seperti bongkahan yang di dalamnya tidak berlubang.
”Klasifikasi mutu gaharu ditetapkan ada enam mutu. Berturut-turut dari yang paling bagus, yaitu Super (Super King, Super, Super AB), Tanggung, Kacangan (Kacangan A, B, dan C), Teri (Teri A, B, C, Teri Kulit A, B), Kemedangan (A, B, C) dan Suloan.” kata Sulistyo.
Kelas cincangan merupakan potongan kecil-kecil dari kayu yang terinfeksi menjadi gaharu. Meskipun tidak berwarna kehitaman atau tidak mengandung getah gaharu, kelas cincangan masih menunjukkan aroma khasnya. Biasanya, gaharu ini digunakan untuk pembuatan dupa atau hio.
Manfaat/Kegunaan Gaharu :
ü Pengharum/pewangi ruangan alami, dengan cara dibakar yang banyak dilakukan oleh Masyarakat di Negara Timur Tengah.
ü Bahan baku industri parfum, wangian dan kosmetik.
ü Sebagai bahan pembuatan dupa (insence stick). Sebagai bahan baku pembuatanKohdoh (untuk acara ritual masyarakat Jepang).
ü Sebagai bahan baku pembuatan minyak gaharu.
ü Sebagai bahan baku pembuatan aneka kerajinan gaharu.
ü Sebagai bahan pembuatan minuman (teh gaharu).
ü Bahan baku obat-obatan antara lain: anti asmatik, stimulan kerja saraf, perangsang seks, obat kanker, penghilang stress, obat malaria, anti mikrobia, obat sakit perut, penghilang rasa sakit, obat ginjal, obat lever dan obat diare.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar